30 April 2009

INGAT MATI, UNTUK LEBIH MEMAKNAI HIDUP

Inna Lillahi wa Innaa Ilaihi Raaji’uun. “Sesungguhnya kita ini adalah milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya”.

Dalam satu bulan terakhir, beberapa orang sahabat dekat kehilangan anggota keluarga yang sangat mereka cintai. Awal bulan lalu, ayahanda dari Eny Nurhayati (Pend.Dokter UI-2004). Kemudian awal pekan ini, ayahanda Debie Ari Kesnawaty (Teknik Kimia UI-2006), dan semalam dua berita duka sekaligus, yakni kakek dari Agus Ishthifaul Adzkiya (Teknik Perkapalan UI-2003) serta ayahanda dari Eric M. Naris (Akuntansi UI-2004). Semoga amal ibadah dan kebaikan yang ditanam Almarhum selama hidup di dunia diterima Allah Azza wa Jalla. Semoga diampuni pula segala dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya dan diberikan ketetapan terbaik di sisi-Nya.

Dan untuk keluarga yang ditinggalkan, semoga mampu bersabar dalam menjalani ketetapan ini, sehingga Allah swt mengganjarnya dengan surga. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah ta’ala berfirman, Tidak ada ganjaran yang akan Kuberikan kepada seorang hamba yang Kucabut nyawa kekasihnya di alam dunia, lalu diterimanya dengan hati sabar, kecuali surga(H.R. Bukhari)

Bagi orang mukmin yang salah seorang keluarganya mengalami kematian, disunnahkan pula untuk mengucapkan, Inna Lillahi wa Innaa Ilaihi Raaji’uun, serta berdo’a kepada Allah. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Musa al-Asya’ari r.a bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jika putra seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berfirman kepada malaikat-Nya, ‘Kamu cabutkah nyawa putra hamba-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Benar’. ‘Kamu cabut nyawa buah hatinya?’ ‘Benar’, ujar mereka. ‘Lalu apa kata hamba-Ku itu?’ tanya Allah. ‘Ia mengucapkan alhamdulillah dan inna lillah’. Allah berfirman, ‘Bangunlah sebuah rumah untuk hamba-Ku ini dalam surga dan namakan Baitul-hamd (rumah pujian)’. (Menurut Tirmidzi hadits ini adalah hasan).

Sejatinya kematian adalah kepastian yang tidak pasti kapan datangnya. Kematian merupakan bagian dari skenario kehidupan yang tak terhindarkan. Darinya kita belajar merenungi makna hidup. Merenungi dengan kesungguhan untuk merubah kebiasaan dan perilaku buruk, sekaligus berusaha memaksimalkan fasilitas usia yang diberikan untuk lebih produktif dan bermanfaat untuk banyak orang.

Hidup dan mati memang takdir. Tetapi menjalani hidup dan kehidupan secara baik sebagai upaya menggapai husnul khatimah adalah sebuah pilihan. Karenanya, sekedar tahu bahwa kita akan menghadapi kematian tidaklah cukup. Kita harus berpacu dengan waktu untuk melakukan berbagai amal kebaikan yang akan menjadi bekal kita di kehidupan selanjutnya. Dan pasti akan tiba masa dimana kita ditanya tentang amal unggulan kita. Akan tiba masa dimana setiap detik waktu yang terlewatkan harus mampu kita pertanggungjawabkan. Lalu, bagaimana kita akan menjawabnya?

Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya, pada hari kiamat nanti, tidaklah bergeser kaki seorang hamba hingga ditanya tentang empat perkara. Tentang umurnya untuk apa ia gunakan, tentang ilmunya di jalan apa ia amalkan. Tentang tubuhnya untuk apa ia binasakan, dan tentang hartanya darimana dan di jalan apa ia habiskan”. (H.R. Tirmidzi).

Semoga Allah Al-Qawiy, menjadikan kita manusia-manusia kuat yang mampu memaknai hidup dengan kebaikan.

Wallahu ‘alam...