08 January 2009

Agresi Militer Israel dan Meningkatnya Jumlah Anak Yatim

Rasulullah Muhammad saw lahir dari kandungan ibundanya, Aminah binti Wahab, dalam keadaan yatim. Ayah beliau Abdullah bin Abdul Muththalib, seorang pemimpin yang berwibawa dan dihormati oleh masyarakat Arab, telah wafat dalam perjalanan pulang dari negeri Syam menuju Mekkah bersama kafilah Quraisy. Dengan demikian, beliau belum sempat merasakan sentuhan langsung kasih sayang ayah kandungnya sendiri.

Serpihan kisah hidup Rasulullah saw diatas tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan yang beliau jalani. Pahit getir kehilangan kasih sayang orang tua sejak masa kanak-kanak, membuat beliau sangat peka dengan keadaan serupa. Beliau memberikan perhatian khusus dan memiliki kedekatan yang istimewa dengan anak yatim dan orang–orang yang memelihara, menyantuni serta memuliakan anak-anak tersebut, sebagaimana sabda beliau, “Aku dan orang yang menyantuni anak yatim akan berada di surga seperti ini”. (HR. Bukhari). Ketika itu, Rasulullah saw bersabda sambil menegakkan jari telunjuk dan jari tengahnya.

Dalam riwayat lain, dari Sahl bin Sa’ad bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa diantara kaum Muslim yang menanggung makan dan minum anak yatim, maka Allah akan memberikan kecukupan penghidupan baginya dan mengharuskan ia masuk surga, kecuali ia melakukan dosa yang tidak terampunkan” (HR. Tirmidzi).

Memelihara anak yatim dapat menempatkan seseorang dalam posisi yang istimewa dalam Islam. Allah swt telah berfirman, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan.” (QS. Al-Baqarah [2] : 220).

Risalah Islam yang begitu memuliakan kedudukan orang yang memelihara anak yatim, saat ini sedang mengalami ujian berat. Pasalnya, agresi militer Israel ke Palestina yang telah menewaskan ratusan jiwa, telah melahirkan anak-anak yatim baru di tengah kekerasan perang yang masih berlangsung. Sebagian diantaranya juga kehilangan ibu, bahkan nyawa mereka sendiri.

Momentum bulan Muharram 1430 Hijriah telah mencatat kebiadaban kemanusiaan Israel yang tidak hanya merenggut jiwa para mujahidin, melainkan meninggalkan kehancuran yang tidak ternilai. Anak-anak yatim yang telah kehilangan kasih sayang orang tuanya, secara perlahan dibunuh oleh rasa takut dan hidup serba kekurangan di daerah konflik perang. Kemarin, tepat tanggal 10 Muharram, Israel memang sempat mengadakan gencatan senjata untuk mempersilakan bantuan kemanusiaan masuk ke tanah Palestina. Namun itu hanya sementara. Karena setelah sekitar 3 jam berlalu, Israel kembali menghadiahkan senjata mutakhirnya. Bom-bom cluster kembali menghujani Palestina dan memperbesar jumlah anak yatim dalam dua belas hari terakhir. Seperti inikah kado yang diberikan Israel? Mengapa mereka terus-menerus tak terbendung memperbesar jumlah anak-anak yatim?

Semoga ujian yang diberikan Allah Azza wa Jalla di tanah Palestina, dapat membuka mata masyarakat internasional pada umumnya, dan ummat muslim khususnya. Dan semoga ujian ini juga dapat mengasah rasa kasih sayang, kepedulian, dan persaudaraan antar manusia di bumi Allah. Amiin...


No comments: