16 December 2008

Haji Mabrur dan Cita Revolusi Sosial

Sungguh ironis, apabila seseorang yang telah berhaji tidak mampu memberikan efek positif terhadap kualitas perilaku mereka. Mereka tidak mampu menjadi the leader of change, baik bagi masyarakat sekitar maupun bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, banyak pula diantara mereka yang tidak mampu membawa perubahan dalam dirinya sendiri. Pulang haji tetap saja korupsi, manipulasi, menjual hukum, bahkan menjual agama hanya untuk memperkaya diri sendiri. Mereka pun marah bukan kepalang ketika titel hajinya tidak disebut dalam suatu kesempatan. Na’udzubillah. Inilah haji yang mungkin lebih tepat disebut sebagai haji mabur.

Ibadah haji sebenarnya merupakan sarana seorang muslim menempa diri untuk menghadapi tanggung jawab yang lebih besar, yakni tanggung jawab ummat yang menuntut terkomunikasikannya nilai-nilai sosio-spiritual haji dalam pergaulan masyarakat. Pulang berhaji dari Tanah Suci, bukan berarti berakhirnya tugas ibadah. Tuntutan pengabdian yang lebih tinggi justru telah siap menanti di tanah air. Para hujaj harus siap berbaur dengan ragam problematika ummat yang semakin hari semakin kompleks.

Seiring dengan mulai kembalinya para jemaah haji, kita berharap semoga mereka yang telah berkesempatan menunaikan ibadah haji dapat menjadi haji mabrur yang mampu memikul tanggung jawab ke-ummat-an, mampu menjadi panutan, mampu membawa keberkahan dan mampu melahirkan perubahan demi terwujudnya cita revolusi sosial dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat.


Disclaimer: Meskipun singkat, sangat berat rasanya untuk dapat menuliskan opini diatas. Hal ini dikarenakan saya pribadi belum mampu memenuhi panggilan Allah Azza wa Jalla untuk berangkat ke tanah suci. Mohon do’a agar setiap muslim pada umumnya, dan saya pribadi khususnya, diberikan kesempatan untuk segera memenuhi panggilan tersebut. Amiin...