02 January 2009

Kelembutan Hati Khalifah Umar ibn Khatthab

Umar ibn Khatthab merupakan pemimpin yang tegas, jujur, adil, bersahaja, berani menentang dan melawan kebatilan. Namun dibalik ketegasannya, beliau adalah pemimpin yang memiliki kepedulian, kelembutan hati dan dekat dengan rakyatnya. Beliau mau turun langsung mengontrol keadaan mereka yang sesungguhnya karena menyadari bahwa perlindungan, pengawasan, dan pertolongan dari Allah adalah hak bagi orang yang benar-benar yakin tentang adanya Allah.

Berikut sebuah kisah klasik yang dapat dijadikan teladan bagi setiap pemimpin.
Alkisah, pada suatu malam, Khalifah Umar ditemani salah seorang bawahannya, Aslam, mendatangi suatu kawasan yang berjarak sekitar 3 mil dari Madinah. Disana beliau mendapati suara tangis anak kecil yang merengek kelaparan dari sebuah rumah kumuh. Beliau pun bergegas mendekati rumah tersebut dan mengetuk pintu serta memohon ijin untuk singgah sejenak disana. Di dalam, Khalifah mendapati seorang perempuan yang terlihat sedang memasak sesuatu dan dua anak kecil sedang tertidur.

Singkat cerita, terjadilah dialog antara Khalifah Umar dengan perempuan tersebut.
Khalifah Umar bertanya, “Kami tadi mendengar anak-anakmu menangis. Apa yang membuat mereka menangis, bu?”

“Mereka menangis minta makan karena lapar”
“Memangnya apa yang sedang kau masak, bu?”
“Masakan yang tidak akan pernah matang”.

Lalu perempuan tersebut mempersilakan kedua tamunya untuk melihat sendiri apa yang sedang ia masak untuk kedua anaknya, “Aku memasak air dan batu. Aku melakukan ini semua agar anak-anakku berhenti menangis dan akhirnya tertidur sehingga lupa dengan rasa laparnya”.
“Ini semua karena Umar. Sebagai pemimpin sepertinya ia tidak peduli dengan keadaan rakyatnya yang miskin seperti kami. Biarlah Allah yang mengadili antara aku dan Umar”.

Setelah percakapan itu, Khalifah Umar bergegas menuju baitul maal. Beliau mengambil dan memikul sendiri karung berisi gandum, minyak dan daging. Bahkan ketika bawahannya, Aslam, menawarkan bantuan dan meminta Khalifah Umar untuk beristirahat, Sang Khalifah mengatakan bahwa beliau hendak memastikan bahwa tidak ada lagi rakyat yang menjadi tanggungannya yang kelaparan di luar. Beliau juga mengatakan bahwa kelak di hari Kiamat tidak akan ada seorang pun yang bisa menanggung dosa akibat kelalaiannya sebagai pemimpin.

Sesampainya kembali di rumah perempuan tadi, Khalifah Umar memasak makanan untuk keluarga tersebut. Perempuan yang terheran-heran dengan sikap orang yang tidak dikenalnya itu, berkata “Semoga Allah membalas engkau dengan kebaikan. Demi Allah, yang lebih baik menjadi pemimpin kami adalah Engkau, bukan Umar. Dan seandainya tiap pemimpin seperti engkau, pastinya tidak akan ada rakyat yang kesulitan lagi.”

Semoga penggalan Kisah Teladan diatas, dapat dijadikan bahan introspeksi diri, muhasabah sekaligus pelecut semangat untuk berhijrah menjadi pemimpin yang memiliki kelembutan hati. Semoga kisah tersebut juga dapat menjadi pendorong hijrahnya tiap pemimpin untuk berbuat yang terbaik bagi kesejahteraan kehidupan rakyat yang menjadi tanggungjawabnya.

No comments: